Lime Softening
Presipitasi kimia
adalah salah satu metode yang digunakan untuk melunakkan air. Pelunakkan digunakan untuk mengurangi kesadahan air baku,
alkalinitas, silika, dan konstituen lainnya. Hal ini membantu mempersiapkan air
untuk pemanfaatan langsung sebagai umpan cooling water atau sebagai pengolahan tahap pertama diikuti dengan pertukaran ion untuk umpan boiler atau penggunaan proses.
Proses ini juga efektif menghilangkan berbagai mikroorganisme dan
bahan organic terlarut. Presipitasi kimia biasanya diterapkan untuk mengolah
air dalam jumlah yang besar (missal untuk boiler PLTU atau industri petrokimia).
Bahan kimia yang digunakan biasanya adalah kapur (kalsium hidroksida, Ca(OH)2
atau CaO) dan soda abu (natrium karbonat, Na2CO3).
Pilihan tergantung pada faktor ekonomi, seperti biaya dari bahan
serta ukuran dan peralatan di pabrik. Kapur digunakan untuk menghilangkan bahan
kimia karena carbonat
hardness sedangkan Soda abu digunakan
untuk non-karbonat hardness. Kesadahan adalah jumlah dari semua ion multivalent yaitu kalsium dan magnesium. Air dianggap keras jika
mengandung 150 mg/L sebagai CaCO3 atau lebih.
Tingkat kesadahan dari
air diklasifikasikan sebagai berikut:
Pelunakkan melalui pemberian bahan kimia sama
caranya seperti yang dilakukan pada penanganan kekeruhan (removal of
turbidity), diantaranya koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi. Peralatan
yang digunakan juga menyerupai peralatan penanganan kekeruhan (removal of
turbidity), kapur (lime)
ditambahkan pada proses pengadukan (flash mixer), kemudian air
diflokulasi, dan setelah itu senyawa-senyawa kesadahan (hardness compounds)
menggumpal dan mengendap secara gravitasi di dalam bak sedimentasi. Ketika kapur dan soda abu ditambahkan kedalam air yang
akan diolah, kesadahan yang disebabkan oleh mineral-mineral akan terbentuk
menjadi endapan yang tidak larut, sehingga akan mudah dipisahkan.
Air tanah
merupakan air yang paling sering dilakukan pelunakkan dibandingkan dengan air
permukaan. Hal ini berkaitan dengan mineral yang dikandung oleh air tersebut,
air tanah memiliki banyak Kalsium dan Magnesium.
Penambahan bahan
kimia adalah suatu proses pelunakkan yang efektif, tetapi juga mempunyai
beberapa kerugian. Proses ini memerlukan banyak operator dan peralatan yang
digunakan dalam rangka mendapatkan hasil yang efisien. Selain itu, pH air yang
tinggi pada pelunakkan dengan kapur dapat menghasilkan warna di dalam air dan
membuat warna tersebut sukar untuk dihilangkan.
Cara kerja proses Lime
softening
Dalam proses lime
softening, pH air dinaikkan untuk mengendapkan kalsium karbonat dan magnesium
hidroksida. pH normal air adalah antara 6,5-8,5. Dalam sistem kecil
(skala rumah), lime softening
biasanya dipraktekkan dengan menambahkan kapur kepada air baku untuk
meningkatkan pH hingga sekitar
10. Hal ini pada dasarnya menghilangkan kalsium karbonat, tepatnya batu kapur. Jika
penghilangan magnesium juga diperlukan, pH selama pelunakan harus mendekati 11. Sistem lime softening tidak perlu diujicobakan
untuk sistem kecil yang menggunakan sumber air tanah. Jar testing digunakan
untuk menentukan pH proses dan dosis kimia yang tepat dan cukup (biasanya dilakukan di laboratorium). Dosis
bahan kimia ini tidak harus dirubah dari
waktu ke waktu kecuali air tanah digunakan secara periodik dalam infiltrasi oleh
air permukaan yang kualitasnya berubah. Sistem lime softening perlu diujicobakan jika menggunakan sumber air permukaan dengan
kualitas variabel yang digunakan dalam percobaan tersebut.
Kesadahan kalsium akan diendapkan sebagai kalsium karbonat (CaCO3)
dan Magnesium sebagai magnesium
hidroksida (Mg(OH)2). Semua
endapan ini kemudian dihilangkan dengan
proses konvensional yaitu koagulasi / flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Tidak
semua kesadahan ini dapat dihilangkan dalam air, biasanya kesadahan masih akan tersisa sekitar 30-40 mg/L (sebagai CaCO3).
Reaksi Pada Pelunakan Menggunakan Kapur
Hardness Kapur Endapan
CO2 + Ca(OH)2 -> CaCO3 + H2O
Ca (HCO3)2 + Ca(OH)2 -> 2CaCO3 + 2H2O
Mg (HCO3)2 + Ca(OH)2 -> CaCO3 + MgCO3 + 2H2O
MgCO3 + Ca(OH)2 -> CaCO3 + Mg(OH)2
CO2 tidak termasuk kedalam senyawa sadah, akan tetapi CO2 ini akan bereaksi dengan kapur (Ca(OH)2), oleh karena itu ditambahkan kapur yang berlebih.
Kapur Endapan
MgSO4 + Ca(OH)2 -> Mg(OH)2 + CaSO4
CO2 + Ca(OH)2 -> CaCO3 + H2O
Ca (HCO3)2 + Ca(OH)2 -> 2CaCO3 + 2H2O
Mg (HCO3)2 + Ca(OH)2 -> CaCO3 + MgCO3 + 2H2O
MgCO3 + Ca(OH)2 -> CaCO3 + Mg(OH)2
CO2 tidak termasuk kedalam senyawa sadah, akan tetapi CO2 ini akan bereaksi dengan kapur (Ca(OH)2), oleh karena itu ditambahkan kapur yang berlebih.
Kapur Endapan
MgSO4 + Ca(OH)2 -> Mg(OH)2 + CaSO4
Soda abu
Endapan
CaSO4
+ Na2CO3 -> CaCO3 + Na2SO4
Untuk penghilangan satu molekul kalsium bikarbonat,
digunakan satu molekul kapur sedangkan Untuk penghilangan satu molekul
magnesium bikarbonat, digunakan dua molekul kapur. Dan
untuk satu molekul non-karbonat hardness, digunakan satu molekul soda abu.
Pretreatment
Sebelum dilakukan proses pelunakan ini, air biasanya dilakukan
pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan tersebut yaitu: Aerasi, dapat digunakan untuk menghilangkan karbon dioksida dari
sumber air sebelum pelunakan. Ini hanya berlaku untuk air tanah dimana
konsentrasi karbon dioksida relatif tinggi. Penghilangan kapur dari karbon
dioksida dalam sumber air menambah biaya operasi karena biaya bahan kimia dan
residu kalsium karbonat meningkat. Induced
draft atau open tray pada aerasi
sering digunakan dan dapat mengurangi tingkat karbon dioksida sampai 10 mg/L
atau kurang. Presedimentasi
digunakan terutama oleh pabrik yang memiliki kekeruhan
air permukaan yang tinggi.
Pengolahan
Terpisah
Bila
air yang akan digunakan mengandung kesadahan magnesium yang tinggi, maka dilakukan pengolahan
terpisah. Pengolahan terpisah
ini mengolah sekitar 80
% air dengan kapur berlebih
untuk menghilangkan magnesium pada pH
di atas 11, setelah itu baru
dicampur dengan 20 % sisa air. Pengolahan terpisah ini bisa mengurangi jumlah karbon dioksida yang terkandung
dalam air sehingga akan mengurangi kebutuhan kapur yang akan digunakan dan
menghemat biaya pengolahan.
Pengolahan terpisah ini dapat mengurangi jumlah bahan kimia yang diperlukan untuk menghilangkan
kesadahan dari air sebesar 20
% - 25 %.
Pertimbangan
Desain
Proses
Dalam
sebuah plant pelunakkan
menggunakan kapur-soda
abu, proses pelunakkan dapat dilakukan dengan urutanseperti
berikut: pencampuran, flokulasi, dan
sedimentasi, proses-proses tersebut terjadi dalam satu unit kontaktor padatan. Prosesnya
ini dimulai dengan mencampur bahan kimia
(Kapur dan Soda-Abu) ke dalam air, diikuti
dengan pengadukan. Ini memungkinkan
bahan kimia bereaksi dengan kalsium atau magnesium di dalam air
membentuk endapan.
Flokulasi
memungkinkan suatu padatan bergabung dengan padatan lain dan masuk ke tahap
proses sedimentasi sehingga proses berjalan lebih efektif. Penahanan waktu di flokulator sangat penting untuk memungkinkan partikel bergabung
lagi dengan partikel lainnya membentuk endapan yang
cukup besar sehingga akan mempermudah didalam pemisahan. Waktu minimum yang disarankan waktu
penahanan ini adalah
sekitar 30 menit.
Sedimentasi mengikuti flokulasi, proses sedimentasi ini
dipengaruhi oleh ukuran partikel
dan massa jenis dari
larutan. Waktu sedimentasi berkisar dari 1,5 jam sampai 3,0 jam, dan bentuk dari
alat sedimentasi ini bisa persegi
panjang, persegi, atau lingkaran.
Rekarbonisasi
Setelah menambahkan kapur dan / atau soda
abu, air yang diolah umumnya akan memiliki pH lebih besar
dari 10. pH yang tinggi ini akan mempengaruhi dan
dapat merusak pada kualitas air yang akan digunakan.
Ketika kandungan magnesium dalam air rendah
dilunakkan, tidak ada kapur
berlebih yang perlu ditambahkan. Setelah
pelunakan, air menjadi
jenuh dengan kalsium karbonat dan memiliki pH antara 10,0 dan 10,6.
Ca2+ + CO32-
+ CO2 + H2O à 2HCO3-
Rekarbonisasi adalah proses yang paling umum digunakan
untuk mengurangi pH.
Proses ini
dilakukan dengan menambah karbon
dioksida kedalam air. Umumnya
karbon
dioksida cukup ditambahkan untuk mengurangi pH air menjadi kurang dari
8,7. Jumlah karbon dioksida yang ditambahkan ditentukan berdasarkan indeks
saturasi. Indeks Langelier (LI) adalah yang paling umum digunakan, tetapi
beberapa proses menggunakan Indeks Rizner, (kebalikan dari Langelier Index). Indeks
Langelier dinyatakan sebagai pH stabilisasi (pH) dikurangi pH aktual
diukur (pHs - pH). Ketika Indeks Langelier positif, pipa cenderung
menjadi dilapisi dengan kerak, dan ketika negatif, air cenderung korosif.
Ketika kandungan magnesium yang tinggi dalam
air dilunakkan, kebutuhan kapur berlebih akan ditambahkan untuk menaikkan pH di atas
11, dan terbentuk endapan magnesium hidroksida. Setelah pengolahan, karbon
dioksida cukup ditambahkan untuk menetralkan kelebihan ion hidroksida, serta
mengkonversi ion karbonat untuk bikarbonat ion. Tahap pertama dari reaksi ini
mengurangi pH menjadi antara 10,0 dan 10,5. Dalam rentang ini,
kalsium karbonat dibentuk dan magnesium hidroksida yang
tidak mengendap, diubah menjadi magnesium
karbonat.
Ca2+ + 2OH- + CO2
à CaCO3 + H2O
Mg2+ + 2OH- + CO2 à MgCO3 + H2O
Penambahan Karbon dioksida dibutuhkan untuk menurunkan pH
menjadi antara 8,4 - 8,6. Sebelumnya terbentuk kalsium karbonat yang kembali larut dan ion
karbonat dikonversi menjadi ion bikarbonat seperti berikut:
CaCO3 + H2O + CO2à Ca2+ + 2HCO3-
CaCO3 + H2O + CO2à Ca2+ + 2HCO3-
Mg2+ + CO32+ + CO2 + H2O
à Mg2+ + 2HCO3-
Untuk pengolahan air dengan magnesium yang rendah (di
mana kelebihan-kapur tidak diperlukan) satu tahap rekarbonisasi digunakan.
Airnya dicampur dengan kapur atau abu soda, sehingga
airnya berada dalam pH 10,2-10,5. Jika penghilangan
non-karbonat hardness diperlukan, abu soda juga akan
ditambahkan pada langkah ini. Setelah dicampur, bubur yang dihasilkan dicampur dengan waktu 30 sampai 50 menit agar zat padat terflokulasi. Setelah flokulasi, air
dibiarkan mengalir ke dalam cekungan sedimentasi di mana padatan akan dihilangkan
melalui sedimentasi. Setelah sedimentasi air jernih mengalir ke tempat rekarbonisasi dimana karbon dioksida akan ditambahkan ke
mengurangi pH menjadi antara 8,3 dan 8,6. Setiap partikel
dalam suspensi yang tersisa setelah rekarbonisasi dihilangkan dengan filtrasi.
Double Stage Softening
Tahap ini
kadang digunakan untuk pengolahan air dengan kandungan
magnesium tinggi (dimana kelebihan
kapur diperlukan). Kelebihan kapur ditambahkan pada tahap
pertama untuk meningkatkan pH menjadi 11,0.
Setelah pengolahan tahap pertama, karbon dioksida ditambahkan untuk
mengurangi pH antara 10,0 - 10,5. Jika penghilangan non-karbonat hardness diperlukan, soda abu akan ditambahkan pada proses ini. Setelah pengolahan tahap kedua, air mengalir ke tangki rekarbonisasi sekunder, dimana pH
dikurangi menjadi antara 8,3 dan 8,6.
Single-Stage Softening
Single-stage rekarbonisasi adalah yang paling umum dilakukan (Karena
biaya yang tinggi untuk
membangun double-stage softening). Ada manfaat yang ada pada tahap ini, biaya pembangunan
rendah dan biaya operasi berkurang karena karbon dioksida kurang dibutuhkan. Akan
tetapi pada single-stage ini kualitas air rendah
jika dibandingkan dengan double-stage.
Manfaat
Manfaat dari pelunakan air
pada pusat pabrik pengolahan diantaranya adalah:
·
Mengurangi mineral terlarut
dan kecenderungan scaleforming,
·
mengurangi konsumsi bahan
pembersih rumah tangga,
·
menghapus radium 226 dan 228,
·
menghilangkan arsenik dan
uranium,
·
menghilangkan logam berat,
·
melengkapi desinfeksi dan mengurangi
pertumbuhan alga di sungai,
·
menghilangkan senyawa organik
tertentu dan mengurangi total karbon organik (TOC),
·
menghilangkan silika dan
fluorida,
·
menghilangkan besi dan
mangan,
·
mengurangi kekeruhan air
permukaan dalam hubungannya dengan proses presipitasi kesadahan,
·
meningkatkan Indeks Langelier
Saturation, berguna untuk pengendalian korosi di bawah beberapa kondisi, dan
·
menghilangkan kista Giardia
lamblia.
Residu Yang Terbentuk
Endapan yang dihasilkan dari proses pelunakkan
dengan kapur dan soda-abu mempunyai kandungan kalsium karbonat atau gabungan
kalsium karbonat dan magnesium karbonat yang tinggi. Endapan kalsium karbonat biasanya padat, stabil inert,
dan mudah bergabung dengan air. pH padatan dari lumpur biasanya lebih besar dari 10,5. Lumpur dari Kapur-soda abu dapat diolah dengan filtrasi
vakum, sentrifugasi, filtrasi tekanan, recalcination, atau aplikasi lahan.
Pemilihan kapur, soda abu pada proses pengendapan kimia harus cukup dalam
mengatasi pembuangan lumpur yang dihasilkan. Pembuangan akhir dari endapan
kapur atau kaustik sekarang termasuk pilihan, seperti pembuangan ke saluran
yang bersih, danau kering, dan aplikasi lahan.
Dalam beberapa kasus, lumpur dibuang langsung ke sebuah sistem
pembuangan limbah. Pembuangan limbah harus dilakukan dengan persetujuan
departemen limbah kota, karena tidak semua sistem dapat menampung limbah
alkali, setidaknya dalam volume yang dihasilkan. Dalam kasus lain,
pembuangan lumpur tersebut dapat membuktikan manfaat dalam menetralisir limbah
asam lain yang masuk ke sistem yang sama. Sebuah pabrik kecil diijinkan
untuk membuang langsung ke sistem saluran pembuangan masyarakat, meskipun
metode ini telah dihilangkan dalam banyak kasus.
Lagooning adalah solusi lain yang praktis. Jika lumpur dapat
dikeringkan menjadi sekitar 50 persen kadar air dalam laguna, kebutuhan tahunan
akan mencapai sekitar 0,5 sampai 1,0 acrefeet per 100 mg/L kesadahan
dihilangkan untuk setiap juta galon per hari. Beberapa laguna digunakan dalam
mengisi dan mengeringkan, atau mengisi dari satu ujung dan menarik atau
menuangkan ke ujung yang lain, hasil dari pengeringan lumpur biasanya lebih
baik.
Kesimpulan: Metode lain yang digunakan yaitu aplikasi lahan lumpur pada ladang pertanian dimana pH tanah terlalu rendah untuk pertumbuhan tanaman yang optimal. Selain menyediakan pH yang diinginkan untuk pertumbuhan tanaman, Lumpur lime softening umumnya merupakan sumber murni kalsium karbonat dengan berbagai jumlah kecil dari magnesium hidroksida dan menyediakan sumber yang efektif dari bahan pengapuran untuk petani. Memiliki nilai netralisasi untuk tanah asam dalam kelebihan dari bahan pengapuran pertanian.
0 komentar:
Posting Komentar